Minggu pagi ini terasa begitu meriah di pinggir sawah dekat lapangan desa. Bukan karena ada acara pertandingan, bukan pula karena ada anak-anak yang melakukan olahraga.
Ramainya sangat lain, karena yang hadir semua ibu-ibu paruh baya dan satu dua ibu-ibu muda dengan bawaan yang agak berat. Bukan beras bukan gula, tapi Golong. ya Golong, nasi yang dibungkus Daun Pisang dengan lauk pauk komplit. Terkadang ada juga yang berisi Ketan dengan taburan kelapa. Hmmmm jadi ngiler ngebayanginya.
Selain ibu-ibu dengan bawaan nasi golong, hadir pula Bapak-bapak dengan senjata andalan mereka arit dan pacul. Tapi ada juga yang bersenjata modern dengan mesin pemotong rumput. Wajah mereka nampak berbinar bahagia. Ada apa sih sebenarnya ?
Nyadran. Ya, nyadran. Sebuah budaya lama yang sekarang sedang digalakkan kembali oleh Pemerintah Desa Kedungjaran. Sebuah budaya adiluhung yang syarat akan Kebersamaan dan kegotongroyongan. Biasanya dilakukan ketika ada Kerja bhakti masal. Baik kerja bhakti bersih-bersih makam, lingkungan ataupun areal sawah.
Pagi itu Nyadran dilakukan untuk mengawali persiapan masa Tanam padi bulan Oktober - Maret. Bapak-bapak yang bersih-bersih dan ibu-ibu yang membawakan makanan berupa Golong yang sebelumnya didoakan agar memperoleh keberkahan dari Yang Maha Kuasa.
Setelah dua jam-an kerja bhakti menguras tenaga dan mengucurkan keringat adalah kenikmatan tiada tara ketika bapak-bapak beristirahat sambil menikmati Nasi Golong dari Nyadran tadi. Ditemani segelas Teh Panas..... hmmmm terasa nikmat sekali.
Diselingi senda Gurau tentang isi lauk pauk yang didapat dari setiap nasi golong, karena setiap nasi golong isinya berbeda-beda sesuai kemapuan dan selera dari si pemberi nasi golong.
Sebuah kebersamaan yang indah dan patut dilestarikan.
0 komentar:
Posting Komentar