REKAM DATA e-ktp DI BALAI PERTEMUAN DESA KEDUNGJARAN / GEDUNG BUMDes PADA SENIN 20 NOVEMBER 2017

Kamis, 26 November 2015

Kerja Bakti


Ada fenomena menarik akhir-akhir ini ketika sebuah gerakan moral bangsa digaungkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Tidak saja sekedar dicanangkan namun gerakan moral ini dijadikan program nasional dengan nama REVOLUSI MENTAL.

Sangat benar, sangat tepat dan sudah waktunya gerakan ini dicanangkan melihat kondisi negara yang semakin jauh dari kondisi ideal. Kondisi ideal yang diidam-idamkan oleh setiap umat manusia di muka bumi, akan pemerintahnya,  akan pemimpinnya dan akan negaranya.

Namun kondisi di negeri ini jauh dari kata ideal, kalaupun mendekati juga belum. Maka sebagai wujud keprihatinan dan tanggungjawab seorang pemimpin maka dicanangkan gerakan revolusi mental dengan tujuan menggerakkan seluruh kekuatan jiwa raga dari segala aspek sendi negara mulai dari rakyatnya hingga penyelenggara negara.

Di level desa, banyak kondisi yang memprihatinkan seperti semakin rendahnya semangat kegotongroyongan, kepedulian sesama, kepedulian sosial, kerja bakti dan lainnya.

Hal terakhir seperti Kerja bakti, belakangan menjadi momok tersendiri bagi pelaku pembangunan di level desa. Karena hampir di semua program mengharuskan adanya swadaya masyarakat sebagai wujud partisipasi terhadap pembangunan. Dibanyak program mengharuskan upah tenaga kerja sebagai bagian yang dipikul desa dengan mengerahkan masyarakat sekitar sebagai tenagakerjanya.

Ternyata, perkembangan masyarakat semakin berubah. Setiap kegiatan selalu dikaitkan dengan upah, karena kesalahan persepsi bahwa ada biaya yang dihitung disana. Maka kerja bakti semakin lama menjadi barang langka bahkan di desa sekalipun.
Maka tugas tokoh masyarakat, tokoh agama dan terutama pelaku pembangunan desa seperti aparat pemerintah desa untuk mencari cara agar kerjabakti sebagai bagian revolusi mental dan bagian dari keharusan dalam wujud partisipasi masyarakat terhadap pembangunan bisa digalakkan kembali.

Sebuah cara yang bisa dijadikan contoh dilakukan Kepala Desa Kedungjaran selain memberi tauladan dengan kemauan turun serta dalam kerjabakti adalah dengan membagikan kupon untuk siapa saja yang ikut serta kerja bakti di desa. Lalu kupon tersebut dapat ditukarkan dengan berbagai barang yang barang tersebut adalah bantuan dari pemerintah seperti pupuk, obat-obatan atau bagian dari persyaratan untuk mengurus sesuatu hal di kantor desa.

Atau bahkan bila ada dana berlebih Doorprize-pun tak masalah diberikan. Setelah lama dan kesertaan kerja bakti semakin tinggi, mulailah tanamkan pemahaman secara perlahan. Maka bukan hal yang aneh bila kerjabakti, gugurgunung, nyadran kembali menjadi budaya desa yang kembali aktif dan marak.

0 komentar:

Posting Komentar