REKAM DATA e-ktp DI BALAI PERTEMUAN DESA KEDUNGJARAN / GEDUNG BUMDes PADA SENIN 20 NOVEMBER 2017

Rabu, 27 Agustus 2014

Upacara Penurunan Bendera, Pengkhianatan Kemerdekaan Bangsa.

HUT RI ke-69 di Kecamatan Sragi
Hingar bingar semarak peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang pada tahun 2014 ini menginjak ke tahun 69 mulai surut menghilang. Walau di sana-sini masih berjejer bendera merah putih di pinggiran jalan, namun gegap gempita acara sudah mulai berkurang. Terlebih sebentar lagi memasuki bulan september.

Namun ada pertanyaan yang mengganjal setengah bulan ini, tak lain ketika pada tanggal 17 Agustus 2014 sebagai seorang Kepala desa penulis harus mengikuti Upacara Penaikan Bendera sekaligus peringatan Detik-detik proklamasi. Ada rasa kebanggaan akan Bangsa ini yang luar biasa menyesak dada, mungkin lebih tepat keharuan akan betapa kemerdekaan ini adalah sebuah anugerah yang teramat tak ternilai harganya dari sebuah perjuangan para pendahulu bangsa.

Akan tetapi rasa Patriotisme ini luruh hingga terasa hati patah berkeping-keping. Ada rasa ingin berontak untuk berteriak kencang, " Hentikan !!!". Namun tak ada daya karena didepan adalah jajaran muspika, bahkan Kepolisian dan TNI-pun berdiri gagah mengawal. Sore itu Sang Saka Merah Putih diturunkan dengan hormat. 

Ya.... ia diturunkan dari angkasa langit biru Indonesia, tempat dimana seharusnya dan sepatutnya ia berada. Berkibar tak lapuk karena hujan, tak lekang karena panas matahari. Sekali berkibar ia akan terus berkibar, pantang untuk diturunkan.

Ada rasa yang hilang, seribu tanya silih berganti mendengung di hati. Akankah para leluhur kita tenang di sana menyaksikan ini semua. Betapa perjuangan mereka untuk mengibarkan sang saka merah putih di cakrawala nusantara begitu mudah diciderai dengan seremonial penurunan bendera.

Secara sederhana, penurunan bendera adalah kalahnya sebuah Bangsa dan Negara yang diwakili oleh lambang bendera tersebut. Maka ketika masa perjuangan, betapa gagah berani dan gigih para pejuang untuk menurunkan bendera lawan lalu menaikkan bendera merah putih sebagai perlambang kedaulatan negara. Tak sedikit nyawa melayang untuk sebuah peristiwa penurunan bendera musuh dan menaikkan bendera merah putih.

Lalu apakah memang sudah sedemikian rendahkah rasa kebangsaan terhadap negeri ini. Ataukah ini perlambang bahwa Bangsa ini memang kadang berdaulat dan satu saat ia dimasgulkan dan tak berkuasa. 

Miris, hingga tersadar, pantaslah Negara yang begitu kaya akan sumber daya alam ini tak pernah beranjak dari keterpurukan. Karena ia tak pernah berkuasa penuh selama ini. Kala siang ia berdaulat seperti layaknya sebuah bendera berkibar di angkasa. Namun menjelang petang ia diturunkan, hingga para musuh bebas bergentayangan, mengerogoti, memerah dan menghisap.

Sebuah perenungan, perlukah sebuah Upacara penurunan Bendera dilakukan. Karena tidakkah seharusnya Sebuah Bendera akan berharga ketika ia berkibar di angkasa, tetap berkibar walau panas hujan bahkan badai sekalipun. Seperti halnya Negara ini, ia harus berdaulat kapanpun siang atau malam.


0 komentar:

Posting Komentar